Friday, April 8, 2011

CARA MEMPERPANJANG USIA Part 3

Jilid ketiga tentang cara meperpanjang usia
  1.  Kalau manusia jaman duhulu bisa hidup i.e. 500 tahun, dan usia kematangan ruhaniahnya katakanlah dicapai pada saat usianya 100 tahun, maka 400 tahun sisa hidupnya mestinya lebih banyak digunakan untuk kebajikan dan mendekatkan diri kepada Tuhannya, karena ia telah matang secara ruhaniah. Ketika usianya menginjak 100 atau 101, orientasi dunia yang serba material sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggalkannya. Konsekuensinya adalah, mereka punya peluang mengumpulkan pahala lebih banyak dibandingkan para manusia yang berumur pendek seperti kita. Manusia jaman ini paling-paling berusia 60-70 tahun, dan i.e. "produktifitas ruhaninya" baru mencuat sejak usia 40 tahun (mudah-mudahan
     saudara-saudaraku memulainya pada usia akil baligh atau sebelumnya). Jadi, sisa usia yang 20-30 tahun untuk semakin taat beribadah ini kalah jauh rentangnya dibandingkan sisa usia amal kebaikan orang-orang terdahulu. Maka, beberapa ulama ada yang berpendapat, malam Al-Qadr ini diberikan kepada kita untuk memperpanjang usia amal kebaikan ini, insyaAllah. (Di samping itu, alasan lain ditetapkannya Lailatul-Qadr yang lebih baik dari
     seribu bulan ini adalah karena beberapa sahabat Nabi iri mendengar ada seorang Yahudi yang berperang pada siang harinya dan beribadah selama 1000 bulan pada malam harinya.)

  1. Secara demikian, salah satu fungsi Lailatul-Qadr adalah untuk menyejajarkan pahala orang-orang yang berumur pendek, agar sebanding dengan pahala manusia terdahulu yang ratusan tahun umurnya. Hitung-hitungan kasarnya sebagai berikut: Let suppose kita meninggal pada usia 60 tahun. Jika dalam seperlima saja dari umur kita (12 tahun), kita menjumpai Lailatul-Qadr tiap tahunnya (12x bersua), maka Al-Qur'an memberitahu kepada kita bahwa usia minimal kita sesungguhnya(***) adalah 60th + 12(83.333)th = 1060 tahun (dikurang 12 malam, kalau mau tepat). Bukankah ini menarik sekali??? Apalagi, selama 1000 tahun itu (12x83.333th), kita save pahala terus-menerus (karena pas 12 kali
     Lailatul-Qadr, ibadah kita pas sedang khusu'-khusu'nya). Sedangkan sisanya (60 tahun minus 12 malam) berisi kombinasi antara dosa dan pahala yang harus ditimbang di padang mahsyar nanti. Kalau begitu, bukan main untungnya seseorang yang telah mendapatkan 1000 tahun tambahan umur yang  berisi 1000 tahun rewards ini. Suppose again, kita bikin dosa terus-menerus selama 60 (kecuali yang 12 malam itu), maka timbangan kita
     masih berat pada sisi kebaikan, karena kalau dikorbankan 60 tahun kebaikan untuk membayarnya, kita masih punya sisa 940 tahun kebaikan yang tersisa. Ooh..., begitu murahnya Engkau ya Allah, seandainya sedikit saja Engkau berikan malam Al-QadrMU kepada kami.

  1.  Malam Lailatul-Qadr ini ternyata juga penuh dengan ampunan dosa. Dari shohih Bukhari dan Muslim :  Dari Abu Hurairah R.A. bahwa Rosulullah SAW bersabda : "Siapa saja yang beribadah pada malam Lailatul-Qadr, dengan keyakinan penuh dan harapan
     pahala semata dari Allah SWT (i.e. bukan mengharap pujian orang), akan diampuni semua dosanya yang telah lalu". Keadaan orang ini akan menjadi seperti bayi baru lahir plus kebaikan yang telah dikerjakannya.

  1.  Tentang do'a. Pada malam kemuliaan itu, do'a yang sering diulang-ulang oleh Nabi SAW, terutama pada sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah "Allaahumma innaka 'afuwwun Kariim, tukhibbul 'afwa fa'fu 'annii yaa Kariim (Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mulia dan sangat suka memaafkan, maka (mohon) ampunilah (kesalahan-kesalahan) kami ya Yang Maha Mulia). Sedangkan yang paling
     sering dibaca Rosulullah SAW adalah QS 2:201 "Robbana aatina fiddunyaa khasanah wa fil 'aaKHiroti khasanah wa qinaa 'adzaa bannaar" (Ya Tuhan kami, (mohon) anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan (mohon) peliharalah kami dari siksa neraka).

  1.  Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah: Kapankah Lailatul-Qadr ini  terjadi? Sebuah hadits menjelaskan bahwa suatu saat Nabi didatangi sahabat yang menanyakan mimpinya. Dalam mimpinya, sahabat itu bermimpi bahwa Lailatul-Qadr jatuh pada seminggu, malam terakhir bulan Ramadhan. Nabi SAW bersabda, "Diperlihatkan kepadaku (untuk mengatakan) kebenaran mimpi kalian, yaitu telah sesuai pada tujuh hari terakhir. Oleh karena itu,
     barangsiapa yang akan mencari malam tersebut, carilah pada tujuh hari malam terakhir." (HR Bukhari dan Muslim). Hadits lain menerangkan, Ibnu Umar mengatakan, Rosulullah SAW bersabda, "Carilah itu (Lailatul-Qadr) pada 10 malam terakhir, dan apabila seorang di antara kamu terlalu lemah (kondisinya) atau tak sanggup (melakukan amalan-amalan pada 10 malam pungkasan), maka jangan sampai dia kehilangan tujuh hari terakhir." (HR
     Bukhari dan Muslim). Namun, kalau mau 'aman', just do konsentrasi i'tikaf pada 10 malam terakhir Ramadhan, dari malam sebelum tanggal 6 Desember sampai malam sebelum 14 Desember 2001. InsyaAllah, kita akan menjumpai malam kemuliaan itu (AMIIIN). Sebagian terbesar ulama Al-Qur'an sepakat bahwa Lailatul-Qadr akan jatuh pada 10 malam terakhir Ramadhan. Hal ini diperkuat oleh shohih Bukhari dan Muslim sbb: Dari A'isyah RA, berkata,
     "Muhammad SAW melakukan i'tikaaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan (Rosul) bersabda, "Carilah Lailatul-Qadr pada (malam ganjil) dari 10 malam terakhir Ramadhan." Kemudian juga dari sebuah hadits lain :  "Apabila telah masuk sepuluh yang akhir di bulan Ramadhan, Rosulullah SAW lebih giat menghidup-hidupkan malamnya dengan beribadah, Beliau membangunkan keluarganya, Beliau lebih tekun, dan Beliau mengencangkan ikat pakaiannya." (HR Muslim).


Related Post



0 comments:

Post a Comment