Friday, April 1, 2011

Hijrahlah Menuju Kesuksesan

Kala purnama mengintip bumi di remang malam, ada tanya yang tak sempat terjawab. Kelu bertengger di bibir bisu, meraba sepenggal bait. Diam bersua kata, kali ini hanya hati yang berkuasa bicara, berteriak setinggi langit, membungkam ke dasar bumi. Lorong-lorong kepasrahan membuncah, hanya ada bisu dan suara hati serta sepenggal tanya merindu jawaban “Siapa Diri ini?”

Terlalu ujub diri lambungkan asa, tapi itulah kenyataan gejolak jiwa yang merana. Menembus hingga ke sanubari, bertengger angkuh di atas kepongahan dan percaya diri. Namun jati diri tak jua ditemui ….

Lemah tanpa ilmu, bermula hidup. Adakalanya surya mendekat, memancarlah sinar terang menyinari qolbu, kemudian berubah diri, segalanya berubah. Tapi sangat jarang sekali manusia yang mau menyonsong cahaya itu, entah kenapa, mari kita cari jawabannya.

Disamping itu adakalanya sinar pekat yang kita temui, tapi entah mengapa diri bangga bergumul dengannya, padahal batin tersiksa, jiwa merana, hanya ada semu, segalanya semu …

Jika putik berubah jadi bunga, kemudian memberikan keindahan dan keharuman bagi alam sekitarnya, lalu kemanakah berubahnya jiwa?

Perubahan tidak mesti memperbaiki sesuatu, tapi untuk menjadi lebih baik, kita mesti berubah. Semua kesuksesan adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan adalah
kesuksesan.

Kesuksesan tertinggi dalam hidup adalah ketika kita menyadari bahwa kita hanyalah seorang hamba. Yang karenanya kita bekerja keras mengapai segala apa saja yang membuat Allah ridha. Jika tidak, kita hanyalah manusia bodoh yang tidak menyadari kebodohannya.

Hijrahlah ke masa depan, songsonglah cahaya, sebelum cahaya itu redup, sebelum bumi tak lagi berputar, sebelum air laut tumpah, sebelum gunung-gunung berterbangan, sebelum tak ada lagi kesempatan untuk melakukan perubahan.


Related Post



0 comments:

Post a Comment